Saturday, April 6, 2024

There is No Ending, Just a Beginning


Pertama kali saat ada unggahan tentang tantangan One Day One Post, saya sempat ragu untuk ikut atau tidak. Apakah akan bisa mengikuti atau tidak. Juga pertanyaan lain tentang untung dan ruginya mendorong limit setiap hari untuk menemukan ide ide cerita. Iya cerita, karena saya sudah niatkan, jikapun saya ikut serta dalam challenge ini, maka karya yang saya unggah hanya berupa fiksi mini. 


Akhirnya tantangan diterima. Total akan ada 25 tulisan yang diunggah setiap hari. Hari-hari pertama masih bisa menggunggah karya tepat waktu. Namun, karena berbarengan dengan Ramadhan, menyeimbangkan antara kegiatan utama, ibadah, hobi, dan juga challenge-challenge merupakan tantangan tersendiri bagi saya. Beberapa kali terlambat setor. Tapi alhamdulillah finish stronger.


Tema yang dipilihkan oleh panitia juga menantang. Beberapa tema sengaja dipilihkan yang tidak biasa sehingga peserta challenge harus memeras otak dan memeram ide. Misal tema "Chand Raat", bahkan bagi saya ini baru pertama kali mendengar padanan kata tersebut. Tapi banyak tema yang masih familiar. 


Ini, adalah hari terakhir challenge one day one post. Tapi yang saya percaya ini bukanlah akhir, namun merupakan awalan dari perjalanan untuk konsisten menulis karya dan tentu saja membaca karya. Semoga kedepannya ada kegiatan yang terus merangsang sel sel kelabu di otak untuk bisa menulis sepanjang usia.


Konsisten menulis adalah satu hal yang harus diupayakan. Kualitas tulisan adalah hal yang berbeda. Saya percaya, kualitas tulisan akan membaik seiring kita terus berproses konsisten menulis. Otomatis dengan konsisten menulis kita juga tergerak untuk membaca sumber bacaan apapun. 


Semoga semua karya yang saya tuliskan berkenan dan sampai ke pembacanya. Sampai bertemu di platform menulis lainnya.



#RWCODOPDay25

#RWCODOP2024

#OneDayOnePost

#RamadanWritingChallenge2024
Continue reading There is No Ending, Just a Beginning

Hilal yang Tak Nampak

Mendekati Lebaran ada satu hal yang dinanti banyak orang. Apalagi kalau bukan munculnya hilal yang menandakan bergantinya bulan dari Ramadhan ke Syawal. Beberapa petugas telah disebar di titik titik pantauan hilal untuk memastikan terlihat atau tidak bulan sabit muda pada arah dekat matahari terbenam.


Tapi, hilal bukan hanya bermakna bulan sabit yang terbit pada tanggal satu bulan Qomariah. Bagi Arsy, bilal juga menjadi bahan selorohannya ketika ada yang melontarkan pertanyaan-pertanyaan template untuknya. 

"Kok ga bawa calonnya dikenalin ke om tante."

"Kapan nikah?"

"Sudah daper THRnya?"

"Sendirian di masa tua itu ga enak loh, kapan bawa calon suaminya."

Dan banyak pertanyaan template lain yang pada akhirnya akan dibalas Arsy dengan jawaban "Hehehe belum nampak hilalnya, doakan saja." 


Betul, kata "hilal" menjadi senjata Arsy agar semua nampak komedi. Tentu agar ia tak terlalu sakit hati. Momen Lebaran dan mudik harusnya menjadi momen yang membahagikan namun masih ada saja kata-kata atau pertanyaan yg minus empati. Arsy sudah ada di tahap santai. Sebelumnya, pertanyaan dari kerabatnya berasa seperti sembilu yang mencabik dadanya. Ia sudah berdamai dengan semuanya.


Proses berdamainya itu ia dapatkan saat terus mendalami ilmu agama. Ia ikut kajian di sana sini, membaca buku, mengikuti kegiatan-kegiatan di komunitas hijrah, dan banyak lagi. Ia pun mendapat nasihat dari salah satu guru, perihal jodoh itu hak Allah SWT menentukan kapan akan muncul. 

"Fokus saja memperbaiki diri, perbaiki ibadahmu, pasrahkan ke Allah SWT. Tetap ikhtiar yang terbaik, tapi jangan mengambil alih peranan Allah SWT. Jodoh, rezeki, maut, semuanya itu adalah ranah Allah SWT" nasihat itulah yang terus Arsy pegang saat ini.


Jadi kalau Arsy ditanya mengapa bisa sesantai itu, iapun menjawab "Tenang saja kak, aku punya Allah SWT. Aku ikut skenario terbaik Allah SWT."




#RWCODOPDay24

#RWCODOP2024

#OneDayOnePost

#RamadanWritingChallenge2024

Continue reading Hilal yang Tak Nampak